Melihat Kemewahan Karpet Negeri Mullah

Karpetdunia.comKarpet ini bukan sembarang karpet. Meskipun tidak bisa terbang seperti dongeng ‘Story 1001 Malam’, tidak ada keraguan tentang nilainya sebagai salah satu objek mewah.

“Karpet ini unik dari seni pembuatan, bahan bakunya dan kualitas produknya,” kata pengelola Al Wahhab Carpets, Zafarulloh di Balikpapan, Jumat (15/1/2016).

Zafarulloh mengungkapkan seni pembuatan karpet yang tidak dilakukan sembarang orang. Hanya sedikit bangsa di dunia ini yang mampu membuat karpet asli buatan tangan yang memakan waktu setidaknya setahun penenunan.

Sekian bangsa terpilih ini, Zafarulloh menyebutkan, produksi karpet buatan tangan asal Iran, Afganistan, Pakistan, India dan Khasmir yang memiliki kualitas di atas rata-rata. Para pengrajin ini memiliki keterampilan khusus meluangkan waktu berbulan-bulan membuat agen sabung ayam s128 karpet yang seluruhnya berbahan baku sutra.

“Paling cepat waktu pembuatan karpet buatan tangan adalah setahun menghasilkan satu karpet,” ungkap dia.

Karpet produksi Iran memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki negara lain dari segi seni lukisannya. Iran sudah terkenal akan kehandalan para seniman karpet di antara negara lain di Timur Tengah.

Baca juga : Mengapa Kamu Harus Punya Karpet Persia Di Rumah

“Produk karpet buatan tangan Iran yang paling bagus,” ucap Zafarulloh.

Toko Al Wahhab Carpets juga menyimpan beberapa koleksi karpet buatan tangan seniman Iran bagi kalangan terbatas. Karpet-karpet ini tidak sembarangan dalam proses penyimpanannya maupun pembersihannya yang butuh penanganan khusus.

“Ada karpet yang berusia 100 tahun hingga 200 tahun dengan harga makin mahal,” ujar dia.

Zafarulloh mencontohkan karpet buatan seniman Iran Kesam Milani yang harganya kini sudah melambung di kisaran Rp 1 miliar. Sekilas, karpet dari Negeri Mullah ini tidak ada bedanya dengan karpet-karpet lainnya yang berbahan baku wol maupun kapas.

Namun, perbedaan terasa jelas kala menyentuh secara langsung karpet berbahan sutra ini. Terasa sangat lembut dan ringan dibandingkan agen sabung ayam s1288 karpet jenis lainnya. Seni lukisan karpetnya juga kental nuansa khas Timur Tengah.

“Karpet sutra lebih bisa tahan lama dibandingkan karpet berbahan wol sekalipun,” kata dia.

Karpet mewah sudah lazim dimiliki para jutawan Indonesia yang mayoritas berasal dari koleksi Al Wahab. Para pecinta seni karpet biasanya sekadar memajang karpet kesayangannya di suatu tempat pribadi keluarganya.

Al Wahhab memiliki koleksi karpet-karpet kelas dunia asli dari Iran, Turki, Arab, Pakistan, India, Kashmir, Afganistan dan sejumlah negara dari Asia Tengah lainnya. Koleksinya adalah produk impor yang berbeda dibandingkan karpet kebanyakan.…

Read more

Mengapa Kamu Harus Punya Karpet Persia Di Rumah

Karpetdunia.com – Pernahkah Anda berjalan di atas karpet yang lembut dan tebal? Atau temukan karpet yang mewah dan elegan? Anda harus bertanya pada diri sendiri berapa lama untuk melakukan permadani dengan tangan. Karpet Persia, yang sekarang lebih dikenal sebagai Iran, memiliki reputasi dunia dan bahkan, menurut “The New York Times”, adalah salah satu kapal paling rumit dan intensif di dunia. Ini karena permadani adalah bagian penting dari budaya Iran. Namun, karpet Persia yang indah dan terperinci ini dalam bahaya kepunahan karena prosesnya memakan waktu bertahun-tahun dan sulit untuk mengikuti tren pasar dunia. Biaya pengeluaran yang sangat tinggi tidak berbanding lurus dengan kurangnya permintaan.

Sejarah Karpet Persia

Karpet Persia melalui sejarah yang sangat panjang, berkisar lebih dari 2.500 tahun yang lalu. Maka dari itu, keterampilan dan kreativitas dari orang-orang Iran bisa dibilang sudah mencapai tingkat kesempurnaan yang luar biasa karena keterampilan ini sudah diwariskan secara turun-temurun selama berabad-abad dan hal ini menjadikan seni tenun karpet Persia sebagai rahasia keluarga yang dijaga ketat.

Sebelum menyusuri lebih jauh mengenai sejarah karpet Persia, barang yang pada masa kini digunakan sebagai penutup lantai dan lebih difokuskan untuk keindahan ruang ini dulunya digunakan untuk melindungi suku nomaden Persia dari dingin dan udara lembab. Namun seiring dengan berjalannya waktu, keindahan karpet yang semakin meningkat karena keterampilan pembuatnya yang selalu diasah ini menarik raja dan bangsawan sebagai tanda kekayaan, prestise, dan tanda kehormatan.

Baca juga : Kisah Lengkap Dari Dunia Karpet

Diantara banyak suku di Iran yang membuat karpet, jenis karpet Iran terotentik datang dari tenun suku Qashqa. Proses pembuatan karpet dimulai dari mencukur bulu domba, mengumpulkan bulu domba, bulu domba/wol itu kemudian dibersihkan dan dipintal menjadi benang. Kualitas benang wol tergantung pada jenis domba yang digunakan, iklim tempat penggembalaan domba, kondisi padang rumput sebagai makanan utama domba, dan waktu pencukuran. Benang-benang tersebut kemudian diwarnai dengan cara merebus benang dengan pewarna alami dari tanaman dan serangga; seperti daun anggur, chamomile, kulit delima, nila dan cochineal. Setelah kering, baru benang-benang yang sudah melalui proses pewarnaan ditenun untuk menjadi sebuah permadani.

Menenun pun bukannya hal mudah. Para penenun membutuhkan waktu dari hitungan bulan sampai tahun untuk membuat satu buah permadani, tergantung pada ukuran dan kualitas. Menghabiskan waktu yang lama dalam keadaan membungkuk tentu saja membutuhkan tenaga yang luar biasa besar untuk para penenun, oleh sebab itu permadani tidak hanya sebuah objek semata namun sering kali menyampaikan karakter dan suasana hati penenun. Seperti pelukis yang mencurahkan hati atau pandangan ke dalam lukisan.…

Read more

Kisah Lengkap Dari Dunia Karpet

Karpetdunia.comKarpet adalah potongan produk budaya yang masih tersisa sampai saat ini. Dari  umat ​​Islam memilikinya sebagai “tempat kehormatan” untuk beribadah di tempat-tempat ibadah atau juga di rumah.

HARI itu aku menurunkan gulungan karpet dari container. Membuka serta menatanya serapi mungkin di lantai pameran. Ada karpet dan rug (permadani) dari Iran, India, Afrika utara, Afghanistan, Pakistan, Turkmenistan, Azerbaijan, Kashmir dan Turki dengan berbagai ukuran, motif, corak dan kehalusan. Harga kami hampar bertumpuk-tumpuk. Beberapa lainnya ditempel atau dijajarkan di dinding untuk memperindah tampilan pameran yang digelar rutin di Canberra setiap empat bulan ini.

Liburan semester kali ini aku gunakan untuk mengumpulkan dollar dengan bekerja di sebuah pameran karpet. Bekerja di Albert Hall kali ini benar-benar kerja casual dalam sebuah sistem yang sangat efisien, menggunakan time check log bahkan untuk sekedar istirahat 15 menit.

Maklum, sebagai kapitalis modern, penjual karpet yang telah berkeliling Australia sejak 1952 ini rupanya tidak mau rugi dengan kelebihan menggaji 10 orang, termasuk kami para mahasiswa ini.

Selain motif-motif baru atau motif modern, motif lama yang direpro ulang turut memperkaya motif-motif karpet yang ada saat ini. Karpet dan permadani buatan tangan dengan berbagai kehalusan dan keindahan corak tersebut terbuat dari wol atau sutera dan berharga mulai ratusan sampai puluhan ribu dollar.

Yang termahal dibanderol 45.000 atau setara dengan harga 45 mobil bekas atau dua mobil sport baru di Australia.

Tapi apa yang bisa diceritakan dari sepotong karpet selain permadani terbang dalam kisah “Negeri 1001 Malam?”

Yang menarik perhatianku di pameran itu adalah karpet bermotif alat-alat perang dari Afghanistan. Aku mulai mahfum bahwa peperangan beberapa dekade yang mendera anak keturunan penakluk Alexander the Great dan peremuk cita-cita Kolonial Inggris serta imperium Uni Sovyet dan kini Amerika ini merasuk cukup jauh dalam alam pikiran yang termanifestasikan dalam “karya seni” karpet.

Sebab kebanyakan karpet dari berbagai bangsa tersebut bermotifkan tetumbuhan, sebuah peninggalan peradaban Islam yang menghindari penggambaran manusia atau hewan.

Baca juga : Karpet Granit Yang Berisi Lelucon

Sisa Warisan Islam

Ya, karpet adalah seiris produk budaya dunia Muslim yang masih tersisa. Kaum Muslim memiliki konsep “kesucian”, baik di tempat ibadah maupun di rumah mereka. Tak mengherankan, di masjid-masjid “selalu” ada karpet sebagai alas bersujud, menyentuhkan kepala di tempat yang sama levelnya dengan telapak kaki sebagai wujud ketundukan kepada Yang Kuasa.

Sedangkan di wilayah yang lebih individual kita mengenal sajadah. Tentu ada pula karpet yang dipasang di dinding sebagai sebuah hiasan atau yang berukuran kecil yang difungsikan sebagai keset.

Hari pertama pameran ditandai sebuah insiden di meja kasir, protes dari seorang pembeli. Wanita bule separo baya itu tersinggung dan benar-benar marah besar atas entah apa ucapan seseorang kasir. Dengan berteriak-teriak tak karuan dia memprotes bisnis yang dianggapnya menjual produk dari sistem eksploitasi ekonomi terstruktur di “dunia Muslim”.

Tak jelas, protes itu merujuk pada penggunaan pekerja anak ataukah karena produknya yang berasal dari negara-negara yang sedang diinvasi oleh Barat. Hal itu mendorongku menelusuri lebih dalam ke aspek sejarah dan budaya dari dunia karpet.

Sejarah karpet bermula di Asia Tengah antara tiga sampai dua millennium sebelum masehi (SM). Karpet tertua ditemukan dalam kuburan di lembah Pazyrik yang diperkirakan berasal dari lima sampai empat abad SM. Sementara tumpukan karpet bersimpul tepi tertua ditemukan di semenanjung Anatolia Turki yang diperkirakan berasal dari masa dinasti Seljuk pada pertengahan pertama abad 13 (Wikipedia).

Delapan belas karpet lebar ini diperkirakan berasal dari Konya bermotif pengulangan bentuk-bentuk geometri dengan kaligrafi kufic dan semi-kufic di tepiannya.

Akhirnya, kehalusan serta keindahan karpet dari kota-kota pusat produksi seperti Kashan, Sahraz, Baluchistan, Kashmir dan Konya efektif menggambarkan keagungan imperium-imperium besar Islam masa lalu. Peradaban bangsa-bangsa kuno tersebut eksis dan redup atau hilang sama sekali dalam periode sejarah yang panjang. Kerajaan-kerajaan kecil dan besar itu saling bersaing ataupun takluk dibawah imperium super power Abbasiah, Andalusia, Seljuk, Otoman, Safawid, Mughal, atau Fatimiyah.

Ketika kerajaan-kerajaan kuno itu masih eksis, mereka berinteraksi dan saling berdagang dengan kerajaan-kerajaan lain nun jauh di horizon membentuk urat-urat jalur sutera menembus gurun dan lautan, menjangkau China dan India kuno serta Kepulauan Nusantara. “Globalisasi” periode awal tersebut membentuk jaringannya yang rumit, serumit cara pembuatan karpet yang indah.

Kita harus pahami atmosfer kekuasaan feodal pada masa ketika karpet-karpet itu dibuat.

Dalam perspektif Eropa kuno ketika kerajaan-kerajaan seperti Aragon dan Castila saling bersaing, saling berperang tak jarang digunakan untuk meraih legitimasi kekuasaan, menciptakan negara pelindung dan negara vassal. Hegemoni raja adalah atas masing-masing kepala para abdi, rakyat jelata.

Dari sejarah kita ketahui Prancis kuno mengembangkan bahasanya sendiri yang berbeda dari kerajaan lainnya untuk membentuk kekuasaan atas rakyatnya.

Raja-raja Spanyol dan Portugis menikahkan atau menikahi puteri-puteri kerajaan Eropa lainnya untuk memperluas wilayah tanpa peperangan, ketika ide penaklukan seperti secara legendaris dicontohkan oleh Alexander the Great atau Imperium Romawi di masa sebelumnya.

Kesatuan sebuah bangsa adalah juga tentang identitas budaya, bahasa pemersatu, serta imagination feeling narrative. Tak heran cooking culture, budaya karpet, perpustakaan dan pemandian umum, batik atau keris di kepulauan Nusantara atau kain sutera di China, Bahasa Sansekerta dan kesusasteraan Mahabarrata di India menjadi manifestasi kesatuan kekuasaan imperium pada masa tertentu, meski tak jarang hanya berakhir pada level kesatuan budaya.

Tak mengherankan, dari sejarah pula kita ketahui di jaman inkuisisi di Spanyol kuno untuk mencari Muslim adalah dengan melihat adanya kamar mandi di dalam rumahnya. Atau juga bagaimana brutalnya Jenghis Khan menghancurkan Baghdad dengan membakar dan membuang buku-buku perpustakaan hingga menyebabkan sungai Eufrat menjadi hitam oleh tinta.

Akhirnya peran unik Turki sebagai bekas imperium Romawi Timur yang selama berabad-abad mengancam adalah turut memperkenalkan karpet di dunia Barat.

Karpet Turki muncul dalam beberapa lukisan Barat, sebagai simbul status sosial yang tinggi bagi pemiliknya. Sampai abad 17 dunia Barat mengenal karpet hanya sebagai tutup meja atau hiasan dinding ketika mereka mendatangkan sejumlah permadani Persia (Wikipedia).

Baru pada abad 18 karpet menjadi bagian dari interior Barat sebagai penutup lantai. Kini karpet modern berbahan polyester atau nilon adalah perlengkapan standar di negara empat Musim seperti Australia, selain tentu saja kita mengenal “karpet merah” di dunia selebritis Hollywood.

Kita berada pada zaman yang terus berubah. Dengan didorong oleh kemajuan teknologi informasi dan perdagangan bebas, globalisasi yang melanda meluruhkan konsep tentang sovereignty, negara bangsa, dan menjungkirkan teori-teori politik lama. Kekuasaan …

Read more

Karpet Granit Yang Berisi Lelucon

Karpetdunia.com – Kreasi Manusia tidak kunjung habisnya kali ini di Karpetdunia.com ada hal terbaru yaitu Kerpet yang berisikan kata-kata lelucon yang berbeda dari karpet biasanya. Karpet ini juga terbuat dari granit bukan karpet kain yang biasa dimaksutkan. Anda penasaran berikut Karpetdunia.com akan memberikan ulasannya dibawah ini.

Karpet seringkali identik dengan bahan halus dan indah. Tetapi di Inggris ada karpet granit raksasa dan isinya adalah lelucon. Comedy Carpet adalah sebuah karpet raksasa yang berada di pinggir pantai di Kota Blackpool, Inggris. Karpet ini dirancang oleh seniman Gordon yang diresmikann pada tahun 2011 lalu, seperti yang rangkum Karpetdunia.com dari berbagai sumber.

Bukan terbuat dari bahan yang halus, karpet ini dibuat dari batu granit. Di dalamnya terdapat ribuan lelucon, lagu, dan slogan yang ditulis oleh lebih dari 1.000 penulis dan komedian.

Semua lelucon ini ditulis dalam tipografi yang indah. Tiap sudutnya dibuat cantik dengan isi lelucon yang fenomenal dari zaman ke zaman.

Baca juga : Didi Budiardjo Ciptakan Karpet Motif Swarovski

Tiap sudutnya akan mengenalkan kamu pada komedian klasik dan kontemporer Inggris. Kamu bisa dibuat senyum-senyum dengan lelucon yang ada di sini.

Tulisan ini dibuat dari granit yang ditempelkan dengan beton. Bahan-bahan untuk mengecat tulisan ini pun didatangkan dari seluruh dunia.

Ada beberapa bagian dari karpet yang memang berisi lelucon dari komedian fenomenal. Di sebelah utara menjadi tempat penghormatan bagi komedian Inggris Monty Python dan Duo Ronnies.

Selain sebagai tempat penghormatan, Comedy Carpet juga menjadi tempat menghibur diri bagi turis maupun warga lokal. Tempat ini juga persis di seberang Menara Blackpool lho!…

Read more

Didi Budiardjo Ciptakan Karpet Motif Swarovski

Karpetdunia.com – Biasanya berkelahi dengan gaun cantik, perancang busana Didi Budiarjo mengeksplorasi sesuatu yang baru. Untuk pertama kalinya, ia mendesain karpet. Karpet tidak biasa karena bertatahkan kristal swarovski.

Semuanya bermula ketika Didi diajak berkolaborasi dengan Joker88 produsen karpet premium lokal, Moire, September lalu. Tak butuh berpikir dua kali, Didi menerima tawaran tersebut.

Dunia desain interior sebetulnya bukan sesuatu yang asing bagi pria yang telah 27 berkarier sebagai perancang mode itu. Koleksi bantal sofa pernah diluncurkannya. Namun, mendesain karpet adalah sesuatu yang baru bagi Didi. Ia pun tertantang untuk menuangkan idenya di atas media baru tersebut.

Lagipula menurutnya, mode sejatinya tidak sebatas urusan berbusana. “Saya teringat kata Coco Chanel. Fashion is not something that exists in dresses only. Fashion is in the sky, in the street, fashion has to do with ideas, the way we live. Fashion bisa di mana saja, termasuk karpet,” ucap Didi saat peluncuran koleksi tersebut di Ambiente Showroom, Senopati, Jakarta Selatan, Kamis (29/11/2018).

‘Enchanted French Garden’, begitu Didi menamai karpet perdananya. Sumber inspirasi Didi datang dari mahakarya pakar lanskap Prancis andalan Raja Louis XIV bernama Andre le Notre (1613-1700). Salah satu karyanya yang paling tersohor adalah taman di Istana Versailles.

Siluet geometris meliuk-liuk seperti labirin yang biasa ditemui di taman-taman formal khas Prancis diaplikasikan Didi menjadi motif untuk karpet. Menariknya, karpet berbahan viscose tersebut juga dihiasi taburan butiran kristal Swarvoski tipe iron-on nan berkilauan. “Saya membubuhkan kristal Swarovski sebagai representasi dari air mancur yang lumrah ada di taman Prancis,” kata Didi yang mendalami ilmu mode di Paris.

Baca juga : Ingin Membeli Karpet Simak Tips Berikut

Untuk warna, palet netral berupa hitam dan putih menjadi pilihan Didi. Selain agar karpet mudah dipadu-padankan, Didi juga beralasan warna tersebut dapat mempertegas karakater elegansinya.

Didi menjamin, kristal tersebut tidak akan rusak bila terinjak. Perawatannya pun biasa seperti karpet pada umumnya, cukup memakai penyedot debu atau vacuum cleaner.

‘Enchanted French Garden’ dipamerkan bersama karya desainer lainnya di Ambiente Showroom, pada 29 November – 1 Desember 2018. Selain Didi, Moire turut menggandeng Hidayat Endramukti, Thomas Elliott, Sammy Hendramianto Syamsulhadi, Alvin Tjitrowirjo, Francine Denise Tjoitang, Eko Priharseno, Ronald Humardani, Sandy Karman, serta Santi Alaysius dan Hamprey Tedja. Karpet edisi spesial ini dibanderol mulai dari Rp 5 jutaan per meter persegi.…

Read more